Kisah Nyata 18 Hari Sebagai Wisatawan Covid-19

  • Bagikan

Hari demi hari saya lewati karantina di kamar dengan berzikir, salawat, mengaji dan mentadaburi alqur'an. Saya merasa ibadah saya semakin meningkat. Doa yang saya panjatkan kepada allah juga tidak pernah putus, dan itu menjadi obat yang sangat berpengaruh untuk kesembuhan saya.

Namun, terkadang rasa sedih juga muncul. Hal itu memang sangat manusiawi. Hari-hari selama di karantina ini pun membuat perasaan saya campur aduk, dan membuat nafsu makan saya sedikit berkurang.

Terlepas dari hal tersebut, pelayanan dan kenyaman hotel tempat saya dikarantina sangat nyaman dan bersih. Setiap hari pakaian saya dilaundry-kan. Saya juga bisa menikmati hangatnya minum teh dan makan kue sambil mengisi waktu isolasi saya. Perlengkapan mandi pun diberikan secara lengkap dan cuma-cuma.

Selain itu, di sini kebutuhan gizi saya juga dipenuhi dengan baik. Pelayanan makanannya sangat baik. Beragam keperluan lain seperti air mineral juga dipenuhi setiap harinya. Sesekali ketika saya rindu dengan masakan rumahan, banyak sahabat dan keluarga yang mengirimkan makanan, kue, buah, dll. Hal ini merupakan hal yang sangat saya syukuri karena masih dikelilingi orang-orang yang sayang dengan saya.

Yang paling penting dari "wisata" ini adalah pelayanan tim covid 19 yang sangat bagus, termasuk para pendamping saya. Selama saya menjalani karantina, berbagai kegiatan dilaksanakan di hotel, seperti sosialisasi tentang pencegahan covid 19, stigma masyarakat tentang covid 19, dan tak ketinggalan pula materi dari psikolog yang menurut saya penting sekali dalam memberikan semangat kepada kami yang di karantina. Konseling dengam psikolog ini biasanya diberikan sebanyak dua kali dalam sepekan.

  • Bagikan