“Kami semakin yakin e-commerce ke depan punya potensi yang tinggi, pada 2020 diperkirakan sebanyak US 130 triliun dollar di dunia dan Indonesia memiliki potensi Rp 170 triliun dari bidang ini,” ucapnya.
Ia menyebutkan sejumlah peluang bisnis selama pandemi Covid-19 berbasis rantai pasok digital juga bisa dilakukan oleh masyarakat, seperti bisnis perdagangan online, pengepakan, tranposrtasi logistic, financial technology, peralatan kesehatan dan kebersihan, serta frozen food.
Meskipun demikian, Wahyudi juga tidak menampik, tantangan industri rantai pasok dan logistik di era adaptasi kebiasaan baru ada di depan mata. Selain persoalan SDM serta infrastruktur, ia juga meminta pemerintah mengupayakan dan menjamin industri ini dengan regulasi yang baru.
Specialist And Consultant SCM, Sigit Darmawan, berpendapat pandemi Covid-19 membuat rantai pasok menjadi rentan, sehingga perlu evaluasi dan menciptakan banyak kesempatan. Artinya rantai pasok harus melakukan transformasi digital secara keseluruhan.
“Ada tiga tantangan di dalam rantai pasok, yakni sejauh mana rantai pasok memiliki kelincahan, mengurangi kerentanan, dan memiliki keberlanjutan yang baik,” tuturnya.
Sigit menjelaskan kelincahan dalam rantai pasok meliputi kecepatan dan respons terhadap pelanggan serta fleksibel dalam menghadapi perubahan yang terjadi di dalam pasar, mulai dari produksi sampai pengiriman.
Industri rantai pasok juga harus bisa mengurangi kerentanan yang berarti meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengurangi ketidakakuratan. Salah satunya menggunakan sistem yang terintegrasi mengingat rantai pasok terdiri dari multi supplier yang tak jarang memiliki sistem masing-masing.