FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Ada puluhan mahasiswa bersuara lantang datang ke depan Kantor Gubernur Sulsel, Jalan Urip Sumohardjo, Kota Makassar, Senin (27/7/2020).
Bahkan ada juga seorang perempuan yang mengenakan baju dan rok biru, serta jilbab putih yang menutupi setiap helai rambutnya. Namanya Andi Arni Esa Putri Abram, 24 tahun.
Alat pengeras suara atau toa warna putih menjadi alat untuk menyampaikan orasi Andi Arni, anak kandung dari almarhumah Nurhayani Abram yang meninggal dunia karena sakit strok dan dinyatakan negatif Covid-19.
Namun sayang, jenazah ibunya yang meninggal di RS Bhayangkara, Kota Makassar pada Jumat, (11/5/2020) lalu dan dimakamkan di pekuburan khusus jenazah Covid-19 di Maccanda, Kabupaten Gowa.
"Polemik yang menimpa keluarga kami telah berlangsung lama. Kami meminta Gubernur Sulsel, untuk pindahkan jenazah almarhumah istri saya. Awalnya diberi status PDP. Setelah dilakukan swab test, hasilnya negatif," kata suami almarhumah, Andi Baso Mappasulle.
Beragam cara telah dilakukan oleh keluarga almarhumah. Salah satunya melakukan persuratan permohonan dari DPRD Bulukumba, yang ditujukan ke orang nomor satu di Provinsi Sulsel itu.
Bahkan beberapa hari yang lalu, Andi Baso dan Andi Arni mencegat Nurdin untuk bermohon memindahkan jenazah almarhumah, dipindahkan ke pemakaman keluarga di Kabupaten Bulukumba.
Seluruh usahanya itu sia-sia. Tak ada hasil yang didapat selama ini. Menurut dia, hanya Nurdin Abdullah yang memegang keputusan untuk memindahkan jenazah pasien Covid-19.