Inovasi Bendera Saskia Raih Penghargaan dari Kemenpan RB

  • Bagikan

"Sinergitas ini juga datang dari teman - teman di kecamatan. Dukungan dari camat, PKK, tokoh - tokoh masyarakat, kepala desa, kader posyandu. Karena mereka inovasi ini bisa berlanjut sampai sekarang. Sebagai buktinya sekarang kita meraih penghargaan," kata dia.

Dukungan penuh kata Iwan juga datang dari Pemkab Bantaeng. Wilayah kerja Puskesmas Sinoa yang menjadi tempat penerapan "Satu Bendera, Satu Sasaran Ibu dan Anak" menaungi empat desa yang terdiri dari 31 dusun.

Sampai saat ini setiap dusun memiliki satu bidan desa yang kata Iwan berstatus non ASN. Penempatan bidan desa ditetapkan sesuai domisili. 90 persen bidan mengabdi di kampungnya sendiri. Selebihnya diambil dari luar.

"Saya ajak mereka (bidan) bagaimana agar kembali ke kampungnya untuk mengabdi. Daripada setiap hari ke puskesmas, lebih baik mengabdi di kampung masing - masing. Memperhatikan orang - orang di dusunnya itu. Sejak 2018 kami juga mengusahakan agar para bidan mendapat insentif dari dana desa," jelas dia.

Iwan Setiawan memaparkan, ada enam warna "Bendera Saskia". Bendera ini dipasang di depan rumah warga. Bendera hijau sebagai penanda ibu hamil tiga bulan pertama.

Bendera biru menandakan ibu hamil usia empat sampai lima bulan atau trimester kedua. Bendera pink untuk usia kehamilan tujuh sampai sembilan bulan atau trimester ketiga.

Bendera merah penanda sasaran beresiko tinggi. Warna merah kata Iwan dipasang sejak awal kehamilan sebagai tanda bahwa ibu hamil dalam resiko tinggi.

Bendera kuning menandakan anak bayi yang tidak datang ke posyandu untuk diimunisasi. Sedangkan bendera ungu menjadi tanda bagi bayi maupun balita dengan status gizi kurang dan kurang gizi.

  • Bagikan

Exit mobile version