FAJAR.CO.ID,MAKASSAR-- Pengamat Pendidikan sekaligus Dosen Universitas Bosowa Makassar, Arief Wicaksono menilai sistem pendidikan di Indonesia, cukup berantakan.
"Kta bisa lihat, anak-anak kita belajar berbagai mata pelajaran. Baru kelas 2 SD, tasnya sudah sobek bolong karena banyak sekali buku yang dibawa, belum lagi hal-hal fisik yang bisa menimpa mereka,"ucapnya, Kamis (30/7/2020).
Menurutnya, undang-undang pendidikan harus lebih diperhatikan dan diperhitungkan.
Sementara itu, terkait kebijakan POP Kemendikbud yang meloloskan Tanoto dan Sampoerna Foundation ke dalam 156 ormas Program Organisasi Penggerak, dinilai akan mengganggu pendidikan.
Pasalnya, Nahdatul Ulama, Muhammadiyah dan PGRI sebagai potensi besar bangsa yang sudah bergerak di dunia pendidikan, memilih untuk mengundurkan diri.
Arief mengaku khawatir dengan pendidikan di Indonesia khususnya di Sulsel, jika NU, Muhammdiyah dan PGRI memilih untuk menarik diri.
"Otomatis pelajaran agama pasti kurang, dan yang mendominasi nanti adalah kurikulum berbasis liberalisme dan kapitalisme," ungkapnya.
"Nantinya tidak lagi diajarkan sopan santun terhadap yang lebih tua, begitu pun dengan teman dan guru. Karena kalau kapitalisme dan liberalisme yang diutamakan adalah kompetisi, nilai tinggi dan individualistik," tutupnya.
Diketahui dan 156 ormas tersebut akan mendapat hibah masing-masing senilai Rp1 miliar hingga Rp 20 miliar untuk memperkuat pelatihan pendidikan. (Anti/fajar)