Sekretaris DPD II Golkar Majene, Muhammad Irfan Syarif yang juga sebagai korban mengaku, sudah melihat beberapa foto dan rekaman CCTV yang diperlihatkan penyidik. Dari bukti itu ada satu orang yang ia curigai. Irfan juga memperlihatkan foto kepada penyidik.
"Foto yang saya perlihatkan ke penyidik berbeda dengan foto yang diperlihatkan penyidik ke saya. Cuman keduanya saya curigai. Warga Mateng (Mamuju Tengah, red) dan warga Mamuju," jelas Irfan.
Irfan berharap, kasus yang melibatkan dirinya itu diperjelas ke publik "Saya sudah dua kali diambil keterangannya di Polresta Mamuju. Sampai saat ini belum ada panggilan lagi," beber Irfan.
Kasat Reskrim Polresta Mamuju, AKP Syamsuriyansah menyebut, proses saat masih dalam penyelidikan. Sudah ada nama-nama yang dicurigakan. Nanti sudah didapat baru diinfokan.
"Jangan berkesimpulan lain-lain dulu. Insya Allah dalam waktu dekat bisa disampaikan," beber AKP Syamsuriyansah.
AKP Syamsuriyansah meminta kepada korban dan warga untuk tetap bersabar menunggu proses yang dilakukan pihak kepolisian.
"Kami akan terus mengejar pelaku ini. Kami harap untuk tetap bersabar karena kami butuh proses dalam bentindak. Jangan sampai kita salah orang," ujarnya.
Untuk diketahui, Muhammad Irfan Syarif bersama sepupunya, Jurnalis TVRI Rahmat Tahir dikeroyok belasan orang usai penyelenggaran Musda Golkar, 19 Juli lalu.
Penganiayaan terjadi sekitar pukul 04.00 Wita di lobi Grand Maleo Hotel and Convention Mamuju usai pelaksanaan Musda Golkar. Sebelum menganiaya korban, pelaku sempat menyampaikan salam dari Ketua Golkar terpilih, M Aras Tammauni. (rul/fajar)