FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Bagi anak-anak, konsumsi mie instan dengan nasi merupakan kebiasaan yang banyak dilakukan karena sangat digemari dan mengenyangkan perut.
Tetapi pola konsumsi dua jenis makanan tersebut dalam waktu yang bersamaan, dengan intensitas/frekuensi konsumsi yang sering akan berdampak jangka panjang. Selain itu memberikan efek tidak sehat bagi tubuh salah satunya adalah ketidakseimbangan gizi.
Melihat urgensi permasalahan tersebut, dua dosen kesehatan masyarakat Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang dibentuk dari tim pengabdi yaitu Andi Nurlinda dan Alfina Baharuddin melakukan observasi.
Dosen FKM UMI, Alfina Baharuddin mengatakan berdasarkan hasil observasi awal melalui pengukuran antropometri dan tinggi badan ditemukan 10 orang anak SD, 2 anak yang tinggi badannya di bawah rata-rata.
Melihat ini dan diteliti, ternyata anak tersebut yang masih usia sekolah kurang mengkonsumsi buah dan sayuran. Ditambah lagi pola sarapan pagi yang tidak baik.
Dengan kata lain jenis yang didominasi teh manis hangat, frekuensi konsumsi tiap pagi yang jarang dilakukan, dan bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi anak untuk beraktivitas di pagi hari.
"Ada yang ke sekolah tidak sarapan serta pengetahuan tentang permasalahan gizi masih kurang yang diketahui oleh para orangtua siswa salah satu alasannya,"ucapnya.
Dalam mengedukasi terkait makanan bergizi, metode digunakan dengan pembagian poster dan media daring secara virtual. Selain itu juga dibagikan timbangan berat badan, suplement multivitamin dan hand sanitizer kepada pihak sekolah sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.