Inovasi Penggemukan Kepiting Bakau di Wajo, Modal Sedikit Namun Hasil Menggiurkan

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, SENGKANG -- Pengembangan budidaya kepiting bakau di Kabupaten Wajo perlu diperhatikan. Inovasinya hanya memakai wadah galon bekas, namun hasilnya kualitas ekspor.

Kepiting dalam galon ini telah diterapkan di wilayah Dusun Toboko Desa Keera Kecamatan Keera sejak 2017 lalu. Pengembangan dilakukan di atas tambak seluas 45 meter persegi dengan ketinggian air payau sekitar 50 cm.

Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Perikanan (Diskan) Wajo, Andi Siswati memaparkan, inovasi kepiting galon ini fokus pada meningkatkan kualitas. Penggemukan. Setiap galon hanya diisi satu ekor kepiting.

"Jadi memang untuk penggemukan. Bukan perkembangbiakan," ujarnya.

Dia menambahkan, bibit kepiting digunakan yang memiliki berat minimal 200 gram. Setelah dipelihara selama kurang lebih 15 hari dengan pakan ikan rucah 2 kali, bobot berat tubuh kepiting berkisar 350 - 450 gram.

"Dengan bobot seperti itu, harganya sudah mencapai Rp135 ribu per kilogram (kg). Dibandingkan ukuran standar cuma Rp35ribu per kg," ujar Siswati saat ditemui di Kantor Diskan Wajo, Kamis (22/10/2020).

Selain irit dalam penggunaan pakan. Kelebihan galon harganya murah diperoleh dari limbah rumah tangga dan usaha depot air mineral, daripada memakai keramba bambu atau jaring.

"Keunggulan galon juga tingkat mortalitas (kematian, red) sangat rendah. Paling tinggi 10 persen. Wadah lain dapat mencapai 30 - 40 persen. Kualitasnya bermutu, kualitas ekspor. Tidak ada kecacatan pada tubuh kepiting," jelasnya.

Sementara, Kepala Diskan Wajo, Nasfari mengaku, selain udang dan rumput laut. Komoditi kepiting galon dari Keera sudah bernilai ekspor. Sejak 2019 kepiting galon sudah pernah dikirim keluar negeri. Singapura dan China.

  • Bagikan