Lulusan Magister Monash University, Australia itu juga berharap upaya ini bisa menggairahkan perekonomian masyarakat. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Apalagi, usaha peternakan sapi bisa bertahan dalam kondisi apapun.
Hal itu terbukti dari sejumlah sektor usaha yang redup di masa pandemi Covid-19, sementara sektor peternakan, khususnya jual beli sapi tetap stabil. "Petugas Peternakan Kecamatan (PPK) aktif di lapangan jika ada masyarakat mau mendaftar AUTS, ada juga penyuluh memberi edukasi agar peternak mendaftar AUTS," tutupnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah ternak sapi yang terdaftar AUTS pada tahun 2018 sebanyak 4.630 ekor. Jumlah sapi terdaftar AUTS meningkat dua kali lipat pada tahun 2019 sebanyak 9.071. Hal itu terjadi karena adanya intervensi dari Pemkab Sinjai dengan mengalokasikan dana pembayaran premi asuransi bagi peternak yang kurang mampu.
Sementara tahun 2018 masih swadaya masyarakat. "Tahun 2020 kembali meningkat menjadi 9.250 ekor realisasi AUTS, bahkan ada peternak yang membayar sendiri meski telah dialokasikan anggaran subsidi dari Pemda, artinya peternak sudah rasakan manfaat asuransi," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Sinjai, Aminuddin Zainuddin.
Sejak dua tahun terakhir, tercatat 337 ekor sapi yang mendapat klaim asuransi. 148 ekor tahun 2019 dan 189 ekor tahun 2019 periode Januari hingga November. Sapi yang mendapat asuransi tahun 2019 terdiri dari 108 ekor sapi mati atau bangkai dengan jumlah klaim sekitar Rp1 miliar. Kemudian sapi paksa 36 ekor dengan jumlah Rp304,8 juta, dan kecurian 4 ekor dengan jumlah Rp28 juta