FAJAR.CO.ID, PANGKEP -- Kepiting jenis rajungan masih populer sebagai sumber penghasilan nelayan di wilayah pulau dan pesisir Kabupaten Pangkep. Namun harganya disebut menurun drastis saat ini.
Arsyad,Pengusaha Kepiting asal Pulau Salemo, Kecamatan Liukang Tupabiring mengaku sejak 10 tahun bergelut dengan usaha kepiting jenis rajungan ini, hasilnya sangat menjanjikan. Sebab, banyak dijual ke luar negeri, seperti Amerika Serikat dan Australia. "Melalui perusahaan di Makassar, kepiting hasil tangkapan ini, dikirim ke Amerika dan Australia yang paling banyak," katanya.
Kepiting ekspor yakni yang dipisahkan dengan cangkangnya. Dijual dalam bentuk daging beku. "Kita kirim itu hanya dagingnya saja. Dalam sehari ada sekitar 75 kilogram daging kepiting yang diekspor," ungkapnya.
Sayangnya, akhir-akhir ini, kepting yang mereka tangkap dengan peralatan minim tersebut mengalami penurunan cukup drastis. Harganya Rp220 ribu per kilogram saja, padahal biasanya bisa rata-rata Rp300 ribu.
Mengumpulkan 1 kg daging kepiting, kata dia diperlukan beberapa ekor kepiting yang telah dipisahkan dari cangkangnya. Sementara itu, ia baru bisa mengumpulkan 300 kg kepiting dalam sehari dengan dibantu 100 orang nelayan. "Ini diperoleh dari sekitar Pulau Salemo hingga ke pesisir Kecamatan Marang. Jadi cukup luas yang menjadi wilayah pencarian kepiting tiap hari," paparnya.
Dia menyebut yang paling penting diperhatikan dalam ekspor kepiting adalah kondisi dagingnya yang disebut tidak boleh mengalami kerusakan sedikitpun. Kerusakan kadang terjadi akibat kekurangan es. "Ini juga kendala kita stok es untuk daging kepiting beku ini yang penting dan susah juga didapat dalam jumlah banyak," imbuhnya.