"Kalau mau lewat sungai, sepatu harus dilepas. Terkadang sepatu saya terbawa arus deras sungai. Sampai di sekolah tak bersepatu. Arus deras juga membahayakan nyawa kami," tutur Nurhidayah.
Selain melewati jalur sungai, siswa kelas II SMP ini juga terkadang melalui jalur Labettang, Desa Palae. Maklum, tubuh mungilnya tak kuat melawan arus deras sungai. Apalagi jika ketinggian air mencapai perut orang dewasa.
"Kalau lewat Labettang jauh sekali. Sekarang sudah ada jembatan. Tidak perlu khawatir terlambat ke sekolah. Terima kasih Pak Bupati," tambahnya.
Bupati Sinjai, Andi Seto Asapa mengaku tergerak untuk segera menuntaskan pembangunan Jembatan Kalamisu usai mendengar perjuangan masyarakat ketika melintasi sungai tersebut.
Tak tanggung-tanggung, Pemkab Sinjai menggelontorkan anggaran Rp10,6 miliar agar pengerjaannya cepat rampung. Jembatan tersebut memiliki panjang 45 meter.
"Jembatan tersebut akan difungsikan mulai awal 2021. Pemkab bangun jembatan ini karena kasihan dengan masyarakat di sana. Apalagi saat musim hujan ini," terang Magister Monash University Australia tersebut.
Ia berharap, Jembatan Kalamisu dapat dimanfaatkan dengan baik. Sehingga bisa mempercepat peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat. (sir/yuk)