FAJAR.CO.ID -- Udin baru saja melangkahkan kaki keluar rumahnya menuju Dapil Warkop, ketika tetiba datang air menetes dari langit. Pria perlente itupun lantas mengambil langkah strategis; mundur dengan teratur.
Gerimis yang datang memang begitu menggodanya di pagi menjelang siang itu. Menggoda untuk kembali masuk ke dalam rumah, menikmati kopi susu buatan Maesas, sang istri.
Sambil menanti hujan berhenti, Udin dan Maesas bercengkrama soal rencananya menyambut pergantian tahun. Pada suasana seperti itu, pembicaraan selalu tentang optimisme dan resolusi di tahun baru.
Dulu, kata Udin memulai ceriteranya, setiap menjelang tahun baru, banyak rekan kantornya di Kelompok Usaha Maju Terus Pantang Mundur (Jurus Pandur) yang bercanda mencari kalender yang banyak tanggal merahnya, alias berjibun hari liburnya.
Tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, tidak sedikit pula orang yang mengeluhkan kemacetan setiap hari.
Selain itu, banyak orang yang mengimpikan enak-enakan kerja di rumah saja.
Saat isu pemanasan global merebak misalnya karena polusi, tak sedikit yang berekspektasi dan berharap bumi menjadi lebih bersih, lebih adem.
Hasilnya; candaan, impian, dan harapan itu kini terkabulkan, menjadi nyata. Penanggalan kini semakin banyak tanggal merahnya. Tanggal warna hitampun kini bisa jadi liburan.
Jalanan yang sering macet, kini lengang. Arus jalan lancar jaya. Tak ada lagi macet karena si komo mau lewat seperti pemandangan rutin sebelum-sebelumnya. Kemacetan terurai sendiri.
Mereka yang dulu ingin enak-enakan kerja di rumah, sekarang terwujud impiannya melalui WFH. Work From Home.