FAJAR.CO.ID. MAMUJU -- Distribusi bantuan belum terkoordinasi baik. Empat hari pascagempa di Majene-Mamuju, para pengungsi masih berebut bantuan.
AKSI rebutan logistik terjadi di rumah jabatan Wakil Bupati Mamuju di Jl Ahmad Kirang, Mamuju, Selasa, 19 Januari. Ratusan warga menerobos pagar mengambil paksa logistik yang akan dibagikan.
Sejak pagi, warga masih tertib antre menunggu giliran setelah Dinas Sosial Mamuju melakukan pendataan. Keadaan mendadak berubah sekitar pukul 14.00 Wita. Di tengah teriknya matahari, para pengungsi berteriak-teriak.
Mereka tak sabar menunggu giiran. Apalagi, antrean pengungsi terus bertambah.
"Awalnya bagus pembagiannya di sesi pertama. Kami istirahat sebentar, eh, mungkin ada provokator. Mereka langsung dobrak pagar," kata staf Dissos Mamuju, Sri Rahayu.
Setelah mendobrak pagar, ratusan warga berlarian. Mereka berebutan mengambil bantuan logistik. Tidak lagi memilih sesuai kebutuhan. Apa saja yang berhasil dijangkau, langsung dibawa pergi.
Sri menduga kejadian ini karena warga sudah tidak sabar menunggu giliran. Atau takut stok akan habis. "Mungkin mereka ketakutan tidak kebagian atau apa-lah. Capek menunggu. Kami juga tenaga terbatas," jelasnya.
Klarifikasi KK
Sri Rahayu juga membantah informasi yang beredar bahwa pembagian sembako berbelit. Apalagi, sampai menyebut warga harus membawa kartu keluarga atau KTP.
"Kita ini tahu keadaan. Kalau gempa, pasti banyak barang-barang sudah tidak bisa diselamatkan. Kami cuma minta mereka tulis nama kepala keluarga. Kalaupun ada yang bawa KK dan KTP, mereka yang bawa sendiri, bukan kami yang suruh," jelasnya.