Tingkatkan Pendapatan Petani Kakao, Pemda Luwu Utara Teken MoU dengan Rainforest Alliance

  • Bagikan

Dari pertemuan ini, Hasrun berharap bahwa solusi peningkatan pendapatan petani kakao dilakukan dengan mengakses pasar kakao yang lebih transparan dengan harga yang baik.

"Seperti pasar kakao premium dengan fermentasi sebagaimana petani kakao di Jembrana, Bali yang beberapa tahun terakhir telah menikmati harga yang tinggi antara Rp50.000-Rp100,000 (nibs). Melalui akses pasar kakao premium, kita akan dorong petani melakukan fermentasi yang sesuai dengan standar yang dibutuhkan oleh pembeli dan Mitra kami Valhrona sebagai pabrik kakao menghasilkan cokelat dengan cita rasa yang tinggi siap membeli kakao dari 7 kabupaten ini termasuk Luwu Utara sehingga petani kakao di Luwu Utara juga mendapatkan harga kakao seperti Petani di Jembrana Bali. Secara standard, memang kita punya tantangan yang besar karena masalah kita adalah penggunaan pestisida yang masih tinggi di Luwu Utara sebanyak 86%. Menggunakan pestisida termasuk juga beberapa daerah lain di Sulawesi seperti di Poso, dan Kolaka Timur. Penggunaan pestisida dan bahan kimia yang tinggi, tidak hanya akan berdampak pada lngkungan, kesehatan dan predator alami tapi juga dapat mempengaruhi dari kandungan yang terdapat biji kakao, residu pestisida dan logam berat sangatlah berbahaya," tegas Hasrun.

Pada Lokakarya tersebut, turut berbicara Dirjen Perkebunan, Kasdi Subagyono yang mengatakan bahwa fermentasi adalah isu yang sama-sama akan dicari solusinya.

"Sehingga kita perlukan kemitraan bersama agar petani mendapat nilai tambah dari fermentasi dan pengolahan kakao. Selain itu perlu ditekankan upaya peningkatan benih terutama benih dengan hasil produksi tinggi saat ini kita punya Program Bun500 : Benih Unggul 500 Juta," tutur Subagyo.

  • Bagikan