"Kami berangkat dari niat ingin memberdayakan petani dan peternak agar mereka bisa naik kelas dan meningkat kualitas hidupnya," kata Rizky saat dijumpai fajar.co.id, di Makassar, Kamis (11/2/2021).
Lantas mereka memilih petani dan peternak? Katanya, dari 8,2 juta penduduk di Sulsel, sekitar 1,2 juta itu adalah petani dan peternak. Tidak bisa dipungkiri, pertanian dan peternakan yang menopang perekonomian Sulsel sehingga tetap bisa tumbuh meski ditimpa pandemi Covid-19. Faktanya petani dan peternak tidak sejahtera.
"Keluhan mereka seputar penyerobotan lahan yang dilakukan oleh oknum yang punya power, keterbatasan pupuk, permasalaham ekonomi lainnya. Sebagai penopang ekonomi, Seharusnya mereka sejahtera. Mereka bekerja hanya untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari,"ungkapnya.
Mereka berdua mengaku telah bertatap muka dan berdiskusi langsung dengan petani maupun peternak, juga berdiskusi dengan pakar agrobisnis. Mereka lalu berkesimpulan, ingin hadir memberi solusi guna meminimalisir permasalahan pelik tersebut.
Misalnya yang sedang mereka garap di Desa Barugayya, Kecamatan Pulobangkeng Utara, Takalar. Sekitar 5 tahun lalu di desa ini terdapat ratusan kandang ayam petelur dan broiler konvensional. Makin kesini, kandangnya semakin rapuh hingga tersisa hanya sekitar 40an kandang. Peternak tersebut sistem kerjasama dengan orang luar. Tapi tidak adil bagi hasilnya. Akibatnya peternak merugi.
"Kami kemudian renovasi kandang mereka, kami modernkan kandangnya, diberi sentuhan teknologi, dari 8.000 ekor ayam, menjadi populasinya sekarang 40.000 ekor," akunya bangga.