Kebun “Metropolitan” Membawa Berkah bagi Petani Bawang

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, ENREKANG -- Bertani hingga malam hari sudah biasa bagi petani bawang di Kabupaten Enrekang. Jaringan listrik sudah masuk ke kebun-kebun petani.

Saat malam hari, aktivitas petani semakin sibuk. Jejeran lampu pijar yang menggantung di lahan pertanian, membuat kebun-kebun mirip kota metropolitan. Dalam satu petak kebun, ada puluhan lampu pijar terpasang. Lampu tersebut menggantung pada tiang-tiang setinggi dua meter. Fungsinya, sebagai pengusir hama.

Sejak PLN meresmikan Program Layanan Petik Bawang Merah yang menggunakan Zero Private Genset, penghasilan para petani bawang meningkat drastis. Biaya operasional lebih efisien. Biaya pestisida juga dapat ditekan hingga 70 persen. Juga tak ada lagi biaya pembelian BBM untuk genset saat penyiraman tanaman.

Dalam satu hektare, petani bisa menghemat Rp5,5 juta. Sebab, pembelian pestisida dan penangkal hama lainnya butuh biaya hingga Rp13 juta sekali masa tanam. Setelah menggunakan lampu hama, biaya operasional yang dikeluarkan hanya sekitar Rp6,8 juta sekali panen.

"Benar-benar terbantu sekali dengan adanya jaringan listrik masuk ke kebun," ujar Ancong, petani di Kecamatan Anggeraja, Enrekang, kemarin.

Ancong juga sangat terbantu saat musim kemarau, sebab biaya penyiraman tak semahal menggunakan genset. Jika pakai genset, dibutuhkan minimal lima liter BBM setiap hari. Itu menghabiskan biaya Rp35 ribu hingga Rp50 ribu. 

Dengan menggunakan listrik dari PLN, biayanya dapat dipangkas 60 hingga 70 persen. Ancong sangat bersyukur atas inovasi dari perusahaan listrik pelat merah tersebut. 

  • Bagikan