Tes fisik tak berakhir di lantai 2, namun berlanjut lagi di ruang bimpres (bimbingan dan prestasi) di lantai satu, yakni tes untuk mengukur kecepatan reaksi tangan dan kecepatan reaksi kaki atlet.
Penguji test yang merupakan akademisi bergelar doktor dari fakultas olahraga Universitas Negeri Makassar ini menguji kecepatan reaksi tangan dengan cara atlet menepuk tangan sekali sambil penangkap penggaris yang dilepaskan penguji, selanjutnya kecepatan reaksi kaki dilakukan atlet dengan menangkap penggaris yang dibuang oleh penguji menggunakan sebelah kiri/kanan kakinya.
Tes kecepatan reaksi ini diukur berdasarkan jumlah angka yang tertera pada penggaris yang telah ditangkap oleh tangan/kaki, semakin tinggi angka tersebut maka ukuran reaksinya dianggap rendah.
Ketua Panitia Tes atlet, Syamsuddin Umar yang juga merupakan wakil Bimpres KONI Sulsel mengungkapkan tes fisik kali ini berbeda dengan tes fisik sebelumnya yang digelar bulan Desember tahun lalu.
"Dimana tes fisik tersebut lebih kompleks yang didominan sesuai dengan karakter fisik cabang olahraga yang bertujuan melatih koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan atlet dalam menerima rangsangan panca indera," katanya.
Selain tes fisik, atlet, pelatih dan mekanik ini juga menjalani psikologi tes. Di tahapan ini diuji oleh psikilog professional yang juga berasal dari Universitas Negeri Makassar.
Menurut Syamsuddin Umar, tes psikolog ini untuk memantau pengaruh latihan yang dilakukan atlet selama ini sejak pasca tes fisik tahap pertama dan sekaligus memantau perkembangan psikis mereka terutama menyangkut motivasi, self confindense, kosentrasi, emosi dan kedisiplinan.