"Kalau transportasi udara di Bandara itu menurun karena jumlah penumpang yang mengalami penurunan," sebutnya.
Sedangkan untuk sektor pergudangan dan industri kata dia juga disebabkan lesunya pasar dampak dari pandemi yang otomatis menyebabkan penurunan jumlah produksi.
"Kalau sektor pertanian itu disebabkan adanya keterlambatan panen sehingga tidak bisa terhitung di 2020. Dimana ada 20 ribu ton yang tidak terhitung karena keterlambatan panen. Itu akibat cuaca sehingga tidak bisa kita kendalikan," ungkapnya.
Padahal kata Alwi jika kedua sektor itu yakni sektor transportasi maupun pergudangan itu dikeluarkan dari indikator maka pertumbuhan ekonomi di Maros tak akan mengalami kontraksi.
"Andaikan sektor transportasi angkutan udara dan industri dikeluarkan maka pertumbuhan ekonomi meningkat dari 1,24 ditahun 2019 menjadi 1,61 persen ditahun 2020," paparnya.
Meski di beberapa sektor mengalami penurunan, kata Alwi, ada dua sektor yang justru tumbuh. Seperti sektor telekomunkasi yang tahun 2019 hanya 6 persen dan di tahun 2020 menjadi 12,69 persen. "Jual beli pulsa atau voucher meningkat," jelasnya.
Bupati Maros, AS Chaidir Syam mengatakan, penurunan ekonomi yang terjadi secara global itu memang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Apalagi kata dia untuk transportasi angkutan udara minus 37,79 persen.
Pemerintah Maros katanya, akan berupaya mengatasi persoalan tersebut dengan membuat program-program untuk kepentingan masyarakat.
Saat ini pihaknya juga berupaya mendorong program pencegahan dan penanggulangan penyebaran Covid-19. Termasuk mempercepat program vaksinasi ke masyarakat, agar pandemi ini bisa segera teratasi.