Aktivitas jual diri dimulai melalui salah satu aplikasi chat media sosial. Tarif yang dipasang Rp5 juta bagi siapa yang ingin merenggut perawannya. Dalam percakapan aplikasi itu, ia mengaku masih duduk dibangku kelas 2 SMP. Usianya 16 tahun. Pancingannya berhasil. Ia mendapat orderan.
Awalnya, ada pelanggan menawar Rp4 juta untuk berkencan. Akan tetapi, setelah negosiasi akhirnya disepakati pada angka Rp5 juta. Pertemuan pun diatur di salah stau hotel di Panakkukang.
"Orang tua mi' itu yang ambil perawanku. Ia bayar setelah main dan membuktikan saya memang perawan," kata DL di Polsekta Panakkukang, Selasa, 9 Maret.
Ia menyebut, sejak saat itu dirinya aktif dalam prostitusi online (daring). Pelanggannya kebanyakan berasal dari kalangan anak muda dan mahasiswa. Keberapa ada yang lanjut usia.
Akan tetapi, tarifnya tidak lagi seperti semula. Sudah turun. Tarifnya Rp250 ribu hingga Rp500 ribu untuk sekali kencan. "Tidak semua saya terima. Saya pilih-pilih siapa yang diterima. Tidak setiap hari. Saya lakukan ini (prostitusi daring) kalau ada yang tawar," akunya.
Pengakuan serupa juga diutarakan SF. Perempuan berusia 17 tahun ini mengaku pacarnya sebenarnya paham akan pekerjaan sejak tiga bulan lalu. Bahkan, saat ditangkap pun ia sedang bersamanya.
"Awalnya sempat ada penolakan. Saya bersikukuh untuk tetap bertahan dengan alasan tidak ada pekerjaan. Lebih baik seperti ini daripada mencuri. Sekarang sulit mencari pekerjaann," akunya. (*/fajar)