Inovasi kedua yang tampil adalah Kebun Si Pintar. Inovasi ini dibawakan dengan menarik oleh Suharto. Inovasi ini juga mendapat apresiasi dari para panelis karena merupakan kombinasi atau perpaduan antara teori dan praktek di kalangan anak-anak sekolah atau peserta didik di tingkat SD.
“Inovasi ini saya lihat sangat mengedukasi anak-anak sekolah, khususnya terkait materi muatan lokal perkebunan dan peduli lingkungan. Bagaimana anak-anak diajak terlibat aktif dalam mengelola kebun, dan yang paling unik adalah karena menyasar anak sekolah yang kurang mampu,” tutur panelis, Sarwan.
Inovasi ketiga yang tampil adalah Peta Baper yang dibawakan Ikbal Cahyadi. Oleh panelis, inovasi ini disebut unik dan menarik karena melibatkan partisipasi masyarakat di desa. Selain itu, baru kali pertama Bappeda menghadirkan inovasi. Di mana inovasi selalu berasal dari Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan.
“Keunikan inovasi Peta Baper adalah karena menggunakan pendekatan partisipatif, melibatkan tokoh masyarakat desa serta para pemangku kepentingan lainnya yang ada di desa,” jelas Ahmar.
Senada Ahmar, panelis lainnya, Lukman, juga memuji inovasi ini. “Inovasi ini kelihatannya sederhana, tapi tuntas. Ini yang membuat inovasi Peta Baper menarik,” kata Lukman.
Bahkan panelis lainnya, Sarwan, dari NGO Kompak, menilai Peta Baper sebagai inovasi yang sangat unik dan menarik. “Selain karena melibatkan partisipasi masyarakat, inovasi ini juga menggunakan dana desa, menggunakan perencanaan desa dan penganggaran desa melalui APBDes, serta dikerja bukan hanya Bappeda, tetapi ada kolaborasi lintas sektor,” jelas Sarwan.