Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menambahkan padi yang dipanen di Kelompok Tani Tanadidi Desa Je’netaesa ini merupakan varietas Inpari 42 dan Mekongga dengan produktivitas 8 ton gabah kering panen (GKP) per ha dan sudah menerapkan indeks pertanaman (IP) 300 atau tiga kali panen dan tanam dalam setahun. Luas panen Padi Kabupaten Maros hingga Maret 2021 mencapai 10.848 ha dan April 17.400 ha, dimana pada tahun 2020 produksi beras Kabupaten Maros mengalami surplus sebesar 113.496 ton.
“Harga gabah kering panen di Maros saat ini di atas HPP yaitu Rp 4.500 perkilogram. Secara keseluruh petani mendapatkan keuntungan pada musim panen ini, dimana biaya biaya produksi Rp 7,5 juta perhektar dan pendapatan Rp 30 juta perhektar sehingga keuntunganya Rp22,5 juta perhektar,” ungkapnya.
Suwandi mengungkapkan serap gabah di Kabupaten Maros dipastikan berjalan maksimal. Sebab terdapat 11 Kostraling atau Penggilingan yang masif menyerap gabah petani. Kapasitas gilingnya mencapai 8 hingga 16 ton/hari yang dilengkapi mesin pengering (dryer) dan gudang yang memadai.
“Stok beras di Kostraling Maros hingga Maret 2021 ini telah mencapai 1.800 ton dan sudah mendapat fasilitas KUR. Kementan optimal melakukan upaya-upaya penanganan panen dan pasca panen untuk menjaga agar harga gabah/beras petani menguntungkan serta melakukan juga percepatan tanam Musim Tanam-II," cetusnya.
Sementara itu, Bupati Maros, AS Chaidir Syam mengaku sangat terbantu hadirnya program dan bantuan Kementan. Oleh karena itu, ia memprioritaskan programnya pada sektor pertanian dan pada musim panen raya padi 2021 ini fokus pada serap gabah petani.