Rahmatullah saat ditemui, Jumat (02/04/21) kemarin mengatakan bahwa pada tahun 2020 lalu pihaknya mendapatkan bantuan bioflok dari pemerintah sebanyak 20 kolam ikan serta bantuan bibit ikan lele masing-masing 300 ekor per kolam.
Menurutnya, membudidayakan lele dengan sistem bioflok memiliki tantangan tersendiri sehingga diawal budidaya sempat mengalami kegagalan akibat para santri belum berpengalaman dalam pengelolaannya.
Namun seiring waktu serta adanya bantuan dari konsultan perikanan, budidaya ikan lele di Pesantren ini membuahkan hasil dan kini sudah dinikmati.
"Alhamdulillah tiga bulan terakhir ini budidaya ikan lele maupun ikan nila yang ada di kolam sudah kita nikmati dan hasilnya cukup memuaskan, para warga pesantren sudah menikmati hasilnya," jelasnya.
Menurut Rahmatullah, kolam ini dikelola oleh para santri secara mandiri dan dominan hasilnya juga dikonsumsi oleh para santri itu sendiri sebagai lauk dari makanan sehari-hari.
"Selama ini masih dominan untuk konsumsi para santri karena konsumen ikan lele diluar agak susah karena orang-orang tertentu saja yang mau beli. Kalau ada yang pesan kita siapkan dan harganya 15 ribu rupiah per kilo," bebernya.
Lebih lanjut Rahmatullah mengungkapkan bahwa keberadaan bioflok ini telah memberikan dampak positif
dalam perekonomian pesantren dan telah memberdayakan para santri dalam pengembangan perikanan.
"Sejak adanya bioflok ini, tingkat perekonomian pesantren semakin meningkat dan para santri juga semakin berdaya dengan mengelola kolam ikan ini sehingga aktivitas mereka juga tidak hanya sekedar belajar agama," ujarmya.