“Konsep dari inovasi Kebun Si Pintar adalah bagaimana membangun kepedulian anak-anak terhadap sesama. Awalnya anak-anak kelas 4 sampai kelas 6 mengimplementasikan kurikulum berbasis muatan lokal dengan bercocok tanam di lahan pekarangan sekolah dengan menanam berbagai jenis sayuran. Saat panen, anak-anak ini bersama gurunya menikmati hasilnya,” kata Suharto yang juga inovator Rompi KPK ini.
Ia kemudian berpikir, bagaimana hasil panen sayur dinikmati juga oleh warga kurang mampu yang ada di sekitar sekolah.
Lantas timbul di benak dia untuk merubah pola implementasi kurikulum muatan lokal tersebut dengan memindahkan kebun sekolah ke rumah-rumah warga kurang mampu.
“Di sisi lain ternyata di sekitar lingkungan sekolah ada warga kurang mampu terhimpit beban ekonomi, terlebih di masa pandemi COVID-19 yang tentu saja semakin menyulitkan ekonomi mereka,” ungkap pria yang akrab disapa Atto ini.
“Nah, warga kurang mampu yang ada di sekitar lingkungan sekolah ini kemudian kita jadikan sebagai objek pembelajaran buat peserta didik agar materi peduli lingkungan sosial yang juga masuk kurikulum berbasis muatan lokal di sekolah serta kebun yang ada di lingkungan sekolah itu kita alihkan ke pekarangan rumah warga kurang mampu yang tentunya lebih membutuhkan untuk mendongkrak ekonomi mereka di tengah pandemi,” ujar dia menambahkan.
Disebutkan Atto, kebun sekolah di rumah warga hanya objek pembelajaran. Intinya, kata dia, bagaimana menanamkan pendidikan karakter kepada anak-anak untuk peduli terhadap sesama.