Ia juga akan memperkenalkan jika beberapa kebaya dan gaun cantik berpayet itu merupakan buatan ibu-ibu kelompok pengrajin.
Salah seorang penjahit yang tergabung dalam kelompok pengrajin, Saidah mengatakan mayoritas perempuan di dua desa, Majannang dan Mattirotasi, menjahit payet memang telah menjadi sumber penghasilan tambahan.
"Kalau dulu banyak dari kami yang tidak ada pekerjaan apa-apa, kami hanya berharap dapat uang itu dari suami saja. Sekarang, kami sudah bisa mendapat penghasilan sendiri," akunya.
Dia juga mengatakan biasanya satu baju berpayet itu bisa diselesaikan lima hari sampai satu minggu.
"Tergantung motif atau pola bajunya," katanya.
Sementara untuk upahnya, kata dia, tergantung tingkat kesulitannya. Dimana untuk satu baju yang dipayet itu, mereka bisa mendapatkan upah sekitar Rp 300 ribu.
"Kain dan bahan payetnya ini dari orang kita hanya jahit. Satu baju kami butuh waktu sampai seminggu. Gajinya juga tergantung motif kain yang dipayet," pungkasnya. (Rin/fajar)