Palestinian Lives Matter

  • Bagikan

Dalam pertempuran yang tidak seimbang selama 11 hari  (10-21 Mei 2021), Israel telah membunuh 243 warga Palestina, di antaranya wanita dan anak-anak. Ribuan orang lainnya luka parah. Lebih dari 7.000 orang Palestina mengungsi. Lalu,  500-an gedung perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan rumah tinggal hancur. Belum termasuk luluh lantaknya fasilitas umum seperti aliran listrik, air, toko makanan, dan jalan.

"Jika neraka itu benar-benar ada di dunia, kini ia berada di Gaza,"  kata Sekjen PBB, Antonio Gueterres.

Ya, Gaza, tempat tinggal warga Palestina yang letaknya bertetangga dengan warga Israel, saat ini masih seperti neraka. Panas, kering, tanpa air, tanpa minuman akibat pemboman Israel. Sungguh tak sepadan, perang antara Israel dan Palestina.

Tentara Hamas --satu faksi berkuasa  di Palestina--, hanya mengandalkan roket tradisional untuk memerangi Israel. Sedangkan Israel menggunakan roket canggih dan pesawat tempur modern untuk menyerang Palestina.

Ingat, tentara dan senjata yang dimiliki Israel mampu mengalahkan aliansi negara-negara Arab pada pertempuran 1948. Saat itu, belum ada satu pun negara Arab yang mengakui eksistensi Israel, apalagi  punya hubungan diplomatik dengan negeri zionis itu.

Sekarang sudah banyak negara Arab yang mengakui eksistensi Israel, termasuk Saudi Arabia. Bahkan ada yang sudah menjalin hubungan diplomatik seperti Mesir, Yordania, Maroko, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Dalam kondisi seperti itu, makin kecil kemungkinan perdamaian dan kemerdekaan Palestina diperoleh dengan peperangan. Yang paling mungkin, dengan diplomasi. Tekanan politik dan kelihaian diplomasi di PBB adalah jalan terbaik untuk mencapai perdamaian dan kemerdekaan di  Palestina.

  • Bagikan