“Dari 30 kolam ikan air tawar yang ada, 90% kolam berisi ikan jenis lele, jenis tersebut dipilih karena pemeliharaannya yang lebih mudah dan efisien serta tidak membutuhkan perawatan khusus dan biaya besar. Kebanyakan dari masyarakat Desa Kaili memiliki kolam lebih dari satu dengan tujuan untuk produksi dan hasil panen yang lebih besar,” ungkap Kaharuddin, Kepala Desa Kaili.
Selama berjalan, berita keberhasilan masyarakat Desa Kaili dalam pengelolaan kolam ikan air tawar sampai di telinga beberapa pihak dan telah ada beberapa kelompok usaha seperti rumah makan dari Belopa yang datang untuk meminta pasokan ikan lele. Namun, permintaan yang cukup besar hingga angka 1 ton (1.000 kilogram) setiap bulannya belum bisa dipenuhi oleh warga karena pengelolaannya yang masih rumahan.
“Dari pihak Pemerintah Desa Kaili sendiri telah berencana untuk melakukan rembuk bersama semua warga untuk menentukan beberapa hal dan membentuk kelompok usaha pengelolaan ikan air tawar agar bisa lebih teratur sehingga dalam kurun waktu dua bulan ke depan, permintaan dari luar sudah bisa kita penuhi,” jelas Kaharuddin.