FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Permintaan ekspor briket tempurung kelapa dari Sulawesi Selatan ke Timur Tengah mencapai 10-20 kontainer per bulan. Akan tetapi, perusahaan hanya bisa memenuhi 3-5 kontainer per bulan karena terkendala permodalan untuk memperbesar produksi.
Direktur CV Coconut International Indonesia, Asriani meminta agar pemerintah pusat dapat turun langsung memberikan atensi agar perbankan tak mempersulit akses pembiayaan ke UMKM.
Ia mengaku usaha briketnya terpaksa ekspor tergantung dari kondisi modal saja. Padahal permintaan pasar sangat tinggi sekali.
"Soal modal saja ini. Paling banyak dari Timur Tengah seperti Arab dan Jordania. Jerman dan Rusia juga permintaanya tinggi. Tapi kami belum mampu penuhi," ujar Asriani, Rabu (2/6/2021).
Perusahaan yang berproduksi di Sulsel ini hanya mampu memproduksi dua kontainer. Karena kapasitas mesin yang minim. Satu kontainer nilainya 35.000 USD atau sekitar Rp500 juta.
Padahal, kata Aasriani, satu buyer saja, bisa meminta hingga 10 hingga 20 kontainer. Contohnya dari Jerman.
"Sayang terkendala ke produksi karena pembiayaan. Harusnya dengan nilai itu, perbankan tidak lagi ragu untuk memberi modal," tegasnya.
"Kami sebenarnya bisa meningkatkan produksi 5 kali lipat, kapasitas mesin bisa memproduksi hingga 2 kontainer per hari. Akan tetapi, kami belum bisa mewujudkannya karena modal usaha terbatas," sambungnya.
Asriani mengatakan perusahaan mendapatkan bahan baku briket tempurung kelapa dari 15 kelompok tani. Tiap kelompok tani beranggotakan 15 orang petani.