Mereka muncul di jendela-jendela besi. Tangannya melekat di situ lalu wajahnya seperti mencari-cari. Ada pula yang memanggil-manggil siapa saja yang lewat.
"Ada rokok-ta, Pak? Atau uang-Ta mo Rp2.000," kata pasien bernama Lukman kepada FAJAR yang melihat-lihat kondisi pasien dari luar jendela.
Ada juga muncul dengan tatapan kosong. Dua tangan merangkul jendela besi, tetapi diam tanpa kata. Seperti berhalusinasi.
Suara-suara sumbang tidak henti menggema di ruangan berukuran besar dan panjang ini.
Sepuluh pasien pada tahap pertama ini pun diberikan dan dipakaikan seragam pasien berwarna biru bertuliskan RSKD Dadi. Satu-satu diarahkan ke meja, dilakukan pengecekan suhu dan tekanan darah.
"Suhu 36,7°C tekanan darah 119/85, pasien atas nama Andi Uttang," kata petugas perempuan lalu mengarahkan pria ini ke dokter untuk ditanya perihal keluhan bawaannya.
"Tidak ada penyakit bawaan," kata petugas perawat Bangsal Kenari lainnya, Khairul. Memastikan kepada dokter.
Uttang lalu bergeser ke kanan meja vaksinasi. Petugas mengambil suntik dan memasukan cairan vaksin Sinovac ke dalam jarum.
Kertas alcohol swabs yang telah disiapkan di atas meja lalu disobek dan digosokkan ke lengan kiri Uttang sebelum menyuntikkan zat cair itu ke dalam tubuhnya, begitu pun setelah penyuntikan.
Wajah pria 44 tahun ini polos saja. Meski tanpa senyum, Uttang santai. Akhirnya, ia menyelesaikan vaksinasi pertamanya.
Pasien lainnya, Hari, pun tidak jauh beda. Anggukannya menandakan persetujuannya atas pertanyaan dokter terhadap dirinya.
Pria kelahiran 1995 ini juga dinyatakan sehat fisik dengan tekanan darah 113/73, dan suhu tubuh 36,3°C.