Seperti yang dilakukan, beberapa anak Selasa kemarin. Dipandu anggota Komonitas Pemuda Lingkungan, Alfian mereka tampak serius membaca. Mulai dari buku pelajaran, hingga beberapa buku lain yang tersedia.
Kata Alfian, sarana ini dihadirkan memang untuk masyarakat. Apalagi sudah satu tahun tak ada kegiatan belajar mengajar. Jangan sampai, niat anak-anak di pulau ini untuk menuntut ilmu, menghilang.
“Maklum di sini kan rata-rata melayan. Mereka menganggap pendidikan itu tidak penting. Yang penting harus bisa melaut. Hanya sedikit saja yang sadar dan sekolah kan anaknya,” bebernya kepada FAJAR, Selasa, 22 Juni.
Untungnya, kata dia, anak-anak cukup antusias dengan adanya fasilitas ini. Selain itu, sudah banyak sumbangan yang dia peroleh dari luar. Utamanya sumbangan bahan bacaan, dari beberapa organisasi pendidikan serta pemerintah.
Minimal, kata dia, masyarakat punya fasilitas membaca. Meskipun, tak banyak yang berminat datang. Tetapi rumah buku ini, tak boleh ditutup. Apalagi belum ada kejelasan, kapan proses belajar tatap muka berjalan.
Salah seorang guru honorer di SMPN 38 Selayar, Devi Dekawati mengatakan, pembelajaran tatap muka memang tak dilakukan, sejak Februari 2020. Kata dia kebijakan sekolah mengikuti, aturan pemerintah, yang memberlakukan belajar daring. Apalagi di tengah pandemi.
Hanya saja, siswa di pulau baik SD dan SMP, tak bisa belajar dengan sistem tersebut lantaran kondisi jaringan. Makanya pembelajaran terpaksa berhenti total. Kecuali untuk SMP yang baru-baru ini menggelar ujian semester dan kelulusan.