FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Hasil audit investigas atas Rumah sakit (RS) Batua, Makassar, tak kunjung dibeberkan ke publik. Saat ini masih tertahan di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Proses audit ini merupakan tahap kedua. Sebelumnya sudah ada audit pada 2019 yang dinamai audit tujuan tertentu. Pada hasil audit ini sejumlah masalah ditemukan. Salah satunya standar kualitas konstruksi bangunan memang dikurangi.
Eks auditor ahli Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Sulsel, Bastian Lubis menilai, pada hasil audit dengan tujuan tertentu 2019 ini mestinya dibeberkan total loss. Bukan sekadar ditemukan ada kerugian negara yang harus dikembalikan.
Bila total loss, otomatis pembangunan RS tersebut tak boleh lagi dilanjutkan. Terlebih dianggarkan lagi pembangunannya oleh dinas terkait.
"Waktu itu, kan, hanya disebutkan ada kerugian negara," ucapnya, Kamis, 24 Juni.
Menurut Rektor Universitas Patria Artha (UPA) itu, pada laporan hasil audit dengan tujuan tertentu sebenarnya sudah ditemukan ada kadar kualitas bangunan yang dikurangi. Misalnya, besi ukuran 22 diganti menjadi ukuran 19 dan ukuran 19 diubah ukuran 16.
"Kalau sudah ditemukan seperti itu, sebenarnya mestinya sudah masuk tahap investigasi. Tetapi, kan, tidak. Ini malah masuk tahap investigasi setelah polisi yang meminta," sesalnya.
Kata Bastian, kalau kadar kualitas bangunan dikurangi, itu artinya bangunan tidak sesuai spesifikasi. Bisa ambruk dan otomatis mestinya tak boleh dilanjutkan pembangunannya.
Bastian mengidentikkan keadaan RS Batua ini dengan kondisi bangunan pembangunan Stadion Hambalang yang mangkrak hingga kini. Kondisinya tak jauh berbeda.