FAJAR.CO.ID -- Pekikan kelelawar datang, menyerbu Makkawali. Dengan sigap dirinya pun menghunus satu per satu kelelawar yang menyerbunya. Naas! gigitan kelelawar bersarang di dada dan pergelangan tangan Makkawali. Dua buah gigi tertancap. Dicabutnya hingga mengucurkan darah di bagian sebelah dadanya. Makkawali tak sadarkan diri.
Itu terjadi ketika Makkawali La Tenri Esso sedang asyik duduk di balai-balai menompa sanregonya. Sanrego turun temurun yang diberikan Arung Malaka kepada anak-cucunya. Makkawali mengurut dan memijat sanreognya sambil mendengar sinrilk dan lagu mapadendang.
Makkawali digotong ke rumah sakit Latemmala, masuk di UGD, dokter mengoperasinya. sekira dua jam ia sadar dari pembaringannya. Ia rasakan betul sakitnya, menurut dokter tak apa-apa, tapi menurut Makkawali ada sesuatu yang mengalir dalam tubuhnya, mengikuti setiap aliran darah dinadinya. Entah itu apa, betul-betul sakit.
Matanya sayup-sayup membawa Makkawali ke alam lain, ia bertemu dengan gadis ayu, paras wajahnya bersih. Aduhai cantik, lentik bulu matanya, hidungnya yang bangir, tak kuasa membendung dada Makkawali untuk memegang tangannya. Setiap kali Makkawali mendekati perempuan itu, sigap perempuan itu lenyap dan muncul di arah utara, Makkawali mengikutinya ke arah utara, perempuan itu hilang dan muncul di arah jam 12. Makkawali tersenyum. “Kau mempermainkanku!”.
Perempuan itu tersenyum, kembali Makkawali ingin memegang tangan, berhasil. Makkawali memeluk dari belakang perempuan itu. Perempuan itu tersenyum. Makkawali bahagia, namun tak lama perempuan itu menjadi kalong lalu terbang. Makkawali sesak tersungkur ke tanah dan sadarkan diri dari pembaringannya.