“Dunia digital ibarat pisau bermata dua, bisa berdampak positif atau negatif, sehingga kita harus mengontrol apa yang kita lakukan” tegasnya.
Sebagai pemateri ketiga, Yanti Rositasari membawakan tema tentang "Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar di Dunia Digital". Dalam sesinya, Yanti memaparkan hal-hal yang tidak boleh disebarkan di media sosial, seperti keluarga, percintaan, rencana besar, dan harta.
“Adapun faktor-faktor yang diperlukan dalam berinteraksi di media sosial, meliputi simpati, motivasi, identifikasi, imitasi, sugesti, dan empati,” urainya.
Adapun Rosniawati, sebagai pemateri terakhir menyampaikan tema mengenai "Jaga Jejak Digital". Ia mengatakan bahwa semakin lama seseorang berkutat di media sosial, maka jejak digitalnya semakin banyak.
“Risiko yang dapat ditimbulkan dari jejak digital, misalnya pengelabuan, digital exposure, sampai potensi rusaknya reputasi profesional (jika meninggalkan jejak digital negatif),” ujarnya.
Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Salah satu peserta, Rahmad Dedi, bertanya mengenai tips agar tidak kecanduan media sosial, terutama pada orang tua.
Menanggapi pertanyaan itu, Farid mengatakan bahwa kita dapat mencari aktivitas lain yang dapat dilakukan secara luring. Dalam acara tersebut, panitia memberikan uang elektronik senilai Rp 100.000 bagi 10 penanya terpilih.
Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi.