Salman Subakat, Ekosistem Pendidikan di Antara Kolaborasi dan Inovasi

  • Bagikan

“Kakek, nenek saya guru. Nenek saya masih aktif jadi guru," urainya kepada para peserta program Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP), Rabu (21/7/2021).

Bahkan, bebernya, setiap anak kampus yang ditemuinya akan ditanyakan terkait industri apa yang ada di daerahnya, apa yang perlu dikembangkan dan permasalahan dihadapinya.

"Bayangkan jika 300 atau 400 ribu skripsi, tesis, disertasi, itu secara berkesinambungan membangun ekosistem lokal. Bayangkan semua potensi bangsa bergerak dalam satu ekosistem," kata pria kelahiran Jakarta, 20 Juli 1980 ini.

Menurut pemimpin perusahan produk kosmetik merek Wardah, Make Over, Putri ini ,membangun ekosistem pendidikan tidaklah sulit. Hal yang terpenting, dimulai dari semangat gotong royong atau collective genius dengan menyatukan para ahli di bidangnya masing-masing. "Tinggal digabung-gabungkan saja," urainya.

Dia menjelaskan, ekosistem itu tumbuh dan berkembang. Bahkan, ekosistem itu semua orang bisa masuk, namun semua berkontribusi. Termasuk perusahan kosmetik yang dipimpinnya yang berperan aktif membangun ekosistem pendidikan, itu karena menyatukan banyak pihak yang kompeten di bidang masing-masing.

“Kami berperan aktif membangun ekosistem. Maka membangun ekosistem itu dilakukan sepanjang hayat,” bebernya.

Ia juga mengajak para jurnalis peserta Program Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 2 yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) bersama PT Paragon Technology and Innovation untuk berkarya atau membuat tulisan terkait ekosistem pendidikan. "Saya berharap mengajar atau back to campus, agar di tiap daerah tahu potensinya," bebernya.

  • Bagikan