Menurutnya, pencegahan paham radikalisme bukan hanya tugas guru PPKN saja, tapi juga merupakan tugas pokok semua guru. Guru harus mentransformasikan dirinya sebagai pendidik yang berkarakter nilai-nilai pancasila, pendidik yang tidak lepas dari wawasan kebangsaan.
‘’Program pembuatan mading kebangsaan ini sangat bagus untuk menanamkan nilai nasionalisme kepada peserta didik. Namun, alangkah baiknya kalua dibikin versi e-madingnya agar sasaran pembacanya luas, tidak hanya warga SMPN 5 Liliriaja saja tapi juga masyarakat di kabupaten Soppeng pada khususnya dan diseluruh Indonesia pada umumnya," ujarnya.
Sementara itu, salah seorang siswa kelas IX, Alda Ramadani, mengaku sangat bersyukur atas program mading kebangsaan.
"Mewakili seluruh siswa SMPN 5 Liliriaja, Kabupaten Soppeng. Kami sangat bersyukur dengan adanya mading kebangsaan ini karena selain dapat menambah wawasan kebangsaan kami, juga bisa melatih kemampuan literasi dan menunjang proses pembelajaran kami diruang kelas khususnya pada mata pelajaran PPKn," tutur Alda.
Sekadar diketahui, berdasarkan data terkahir yang dirilis PPIM UIN Syarif Hidayatullah, diketemukan sebanyak 58,05% pelajar baik dilevel SD maupun SMP yang memiliki pandangan intoleran. Hal tersebut senada dengan data yang juga dirilis oleh LAKIP beberapa tahun lalu yang menyebutkan bahwa hampir 50% pelajar setuju dengan adanya tindakan radikal. (fjr/eds)