FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Perbankan Indonesia lebih banyak membeli Surat Utang Negara (SUN). Sementara peyaluran kredit cenderung melambat.
Kondisi ini akan menjadi tekanan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Target pertumbuhan tahun ini antara 3,7 hingga 4,5 persen.
Jika bank lebih banyak beli SUN, dana hanya berputar pada sektor keuangan, bukan ke sektor riil.
Padahal, ekonomi bisa bergerak ke atas jika sektor riil mendapatkan guyuran pendanaan dari kredit. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit secara nasional terkontraksi dalam delapan bulan berturut-turut. Meskipun, sudah kembali positif pada Juni 2021 sebesar 0,59 persen. Pada Mei 2021 terkontraksi -1,23 persen (yoy).
Sementara di Sulsel kondisi penyaluran kredit jauh lebih baik daripada realisasi secara nasional. BI mencatat, kredit pada Juni 2021 tumbuh 3.89 persen (yoy). Totalnya Rp138,331 triliun.
Pertumbuhan tertinggi dari kredit modal kerja yang tercatat tumbuh 8,91 persen (yoy) pada posisi Rp53,386 triliun. Namun kredit investasi mengalami kontraksi cukup dalam hingga -7,27 persen (yoy) pada posisi Rp25,080 triliun. Sementara kredit konsumsi tumbuh 4,87 persen pada posisi Rp59,866 triliun.
Ekonom Senior, Faisal Basri bahkan menyebut sepertiga SBN yang ditawarkan pemerintah dibeli oleh perbankan. Sisanya diperebutkan investor. Itu diperkuat dari intruksi Bank Indonesia (BI) yang mewajibkan bank membeli Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan pemerintah.
Target SBN pada 2021 mencapai Rp1.207,3 triliun, realisasi hingga Maret 2021 sebanyak Rp365,38 triliun. Khusus Juni 2021, pemerintah kembali mendapatkan pinjaman dari SBN sebanyak Rp120,83 triliun.