"Ini terbukti, jumlah lulusan kita; bukan cuma di Unhas, tapi di Indonesia; yang terserap dalam dunia kerja itu sekitar 10,18 persen. Kemudian terbukti lembaga riset, 60,25 persen kualifikasi pekerjaan dengan latar belakang pendidikan lulusan PT tidak sesuai," jelasnya.
Ke depan, Unhas harus melakukan restrukturisasi seperti program studi yang berbasis pada teknologi.
Sementara, Farida menuturkan
saat ini Unhas sudah luar biasa. Meski begitu, ia ingin membawa Unhas lebih adaptif, inovatif, kolaboratif, dan unggul.
Ia akan menguatkan tridarma PT dengan mengimplementasikan merdeka belajar-kampus merdeka. Juga mendorong akademik enterpreneurship.
"Makanya harus ada kolaborasi antara akademisi, investor, maupun dengan dunia kerja," kata Farida.
Anggaran untuk riset diberikan kepada mahasiswa yang bersifat kolaboratif. Sehingga dari sana, mereka diharapkan terbiasa bekerja sama. Baik Farida maupun Kadir, sama-sama optimis dapat dukungan.
Lab Peradaban
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas Prof Hamid Paddu mengatakan, era yang akan dihadapi ke depan adalah 5.0, bukan 4.0 lagi.
Banyak perubahan dan transformasi digital terjadi. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan perubahan sosial, ekonomi, dan politik.
Dari situ, universitas menjadi laboratorium dan pemimpin adalah nahkoda yang harus bisa mengelola masa depan yang sangat maju ini.
Ia percaya, para guru besar pasti berpikir rasional dalam pengembangan pendidikan dan peradaban akademik. Sehingga mereka pasti memilih figur yang terbaik.