Panji Hartono
Ketua Umum HMI Komisariat Dakwah dan Komunikasi UINAM Cabang Gowa Raya
AKHIR-akhir ini beragam ruang dialog publik baik yang digital maupun non-digital dipantik tulisan guru besar UIN Alauddin Makassar, Prof. Qasim Mathar.
Banyak tanggapan khususnya di kalangan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) karena tulisan tersebut bernarasikan tentang "kematian atau ketiadaan lagi HMI".
Berbagai tanggapan muncul dari tulisan guru besar UIN Alauddin itu, mulai dari tanggapan yang mengkonfirmasi kritikan tajam dan memberikan reaksi terhadap tulisan tersebut.
Hemat penulis, tulisan Prof Qasim tersebut adalah tulisan yang berkualitas dan hidup, sebab mampu membangkitkan pikiran dan kesadaran anak-anak HMI yang telah lama mati suri.
Memberikan kritik kepada HMI bukanlah hal yang baru dalam tubuh himpunan ini. Selain karena nalar kritisisme merupakan DNA bagi pemuda dan mahasiswa, nalar kritisisme juga merupakan nilai warisan dari para leluhur HMI, CakNur sendiri dalam tulisan kontroversialnya juga pernah mencetuskan adagium "Islam yes, Partai Islam No".
Sebagai bentuk kritikan terhadap sikap pengkultusan secara berlebihan kepada partai yang melekatkan label "I" yaitu Islam dalam identitas partai politik.
Olehnya mengkritik HMI itu hal yang wajar-wajar saja, yang tidak wajar jika HMI sudah berhenti mengkritik (membenahi) dirinya sendiri.
Kemudian untuk menghindari sikap apologis, penulis tidak akan memberikan tanggapan berlebihan yang reaktif terhadap tulisan Prof. Qasim Mathar tersebut.