Sehingga sangat mudah terombang-ambing oleh gelombang zaman tanpa arah dan tujuan yang nyata.
Zaman kian melesat, tantangan bermunculan dengan cepat. HMI yang berisikan anak-anak muda yang di pundaknya digantungkan masa depan bangsa (syubbanul yauma, rijalul gada'i) mesti menginsyafi hal tersebut.
Sehingga tudingan bahwa aktifitas non-produktif anak-anak HMI yang direpresentasikan oleh Prof. Qasim dengan meja warkop dan berselfie-ria, sedangkan aktifitas produktif anak-anak non-HMI yang direpresentasikan dengan meja laboratorium, dan pengembangan IT dll dapat dijawab dan dibantah dengan aksi nyata. Seperti itulah sikap gentleman kader HMI semestinya.
Anak-anak HMI jangan sampai terlena dengan kilau popularitas dan kebesaran nama HMI, sehingga abai dan lalai dengan potensi kehancuran akibat perpecahan yang terus merongrong.
Sementara zaman kian melesat, persoalan hidup terus meningkat, dibutuhkan ide-ide segar dan langkah-langkah produktif dari generasi muda, termasuk dari HMI. Jika tidak, maka anak-anak HMI akan digilas zaman sebagaimana istilah "katak rebus" yang pernah dipopulerkan novelis Daniel Quinn.
Jika eksistensi HMI yang kian membesar hari ini tidak sebesar kontribusinya bagi kemaslahatan bangsa ini. Maka bisa jadi, benar apa yang dimaksud oleh seorang futurolog Marshall G. Hodgson, bahwa gerakan pembaharuan (reformasi) demi sebuah cita-cita luhur hampir dipastikan tidak mungkin bisa dilakukan oleh kelompok besar.
Yang bisa melakukan gerakan reformasi itu justru kelompok kecil yang kuat berpegang teguh pada visi yang dimilikinya. Kelompok kecil semacam itulah yang diumpamakannya dengan Quaker, dan HMI "pernah" menjadi semacam quaker yang memberi kontribusi nyata bagi bangsa ini.