ASI Eksklusif, Salah Satu Pendorong Kuat Penurunan Prevalensi Stunting pada 2018-2019

  • Bagikan

Studi ini menunjukkan adanya determinan pendorong kuat, sedang dan lemah terhadap penurunan prevalensi stunting di periode tersebut. "Terdapat hal menarik dari studi ini karena mengapa MPASI dan imunisasi menjadi faktor kontributor rendah dalam penurunan prevalensi stunting, padahal dua faktor ini sangat penting dalam menjadi pendorong besar dalam penuruan prevalensi stunting,”tambah Prof. Razak.

Selanjutnya dijelaskan bahwa bila benar penurunan prevalensi stunting 2018 ke 2019 (3,13%) disebabkan oleh faktor pendorong yang diidentifikasi dalam studi tersebut, maka pemerintah dapat mengakselerasi penurunan prevalensi stunting sampai 2014 melalui program-program yang berdasarkan penguatan variabel-variabel yang ada.

Dalam paparannya, Prof. Razak juga menjelaskan bahwa menurut WHO, untuk mencapai target penurunan stunting global 40% tahun 2025, setiap negara hendaknya mencapai Annual Average Rate of Reduction (AARR) stunting sebesar 3,9% per tahun.

Sedangkan menurut Global Nutrition Report tahun 2020 menunjukkan stunting secara global saat ini mencapai AARR 2,2%. Jadi penurunan prevalensi berdasarkan studi analisis dekomposisi ini sangat beralasan dan terjadi di banyak negara.

Sebagai langkah ke depan, diperlukan analisa lanjutan atas hasil studi dekomposisi penurunan stunting ini agar indentifikasi terhadap faktor-faktor pendukung dan penghambat penurunan stunting dapat dilakukan lebih mendalam.

Pemerintah dapat mengambil kebijakan berdasarkan Studi Analisis Dekomposisi Program Penurunan Stunting 2018-2019 dan bersama semua pihak terkait juga harus berani mengoreksi dan memperbaiki berbagai penghambat sehingga mampu mengubah pendorong sedang dan kecil menjadi pendorong kuat.

  • Bagikan