Apalagi virus Covid-19 terus bermutasi dengan berbagai varian. Jika sebelumnya ada varian Delta, kini muncul jenis Covid baru yakni varian Mu.
"Kalau menurut saya sih dianggap ini susah hilang, kita tidak bisa meramal apakah dia akan melandai terus atau ada lagi serangan. Awalnya berhenti kita pikir berhenti eh naik, karena virus ini kan ada kemampuan mutasinya dia bisa mengadaptasi diri dengan kondisi itu, saya kira menurut saya bukan karena, memang karena susah hilang ini virus makanya dianggap endemi,"tuturnya.
Jika kedepan Covid 19 sudah berubah ke arah endemi, maka sosialisasi perlu dimasifkan ke masyarakat. Termasuk jika ada yang terkonfirmasi positif.
"Kita juga nanti mulaimi mengatur bahwasanya kita antisipasi karena ada terus jadi janganmi terlalu, tapi yah bagaimana kita kedepan, bagaimana merubah persepsi masyarakat bahwasanya kalau kena Covid janganmi ketakutan, kita mulai sosialisasi, mungkin nanti kedepan ada Covid yang meninggal mungkin kita pulangkan ke rumahnya dulu sebelum dimakamkan dengan catatan peti jenazah jangan dibuka, kita mengarah bertahap,"jelasnya.
Meski demikian, hingga kini pelayanan masih menerapkan protokol penanganan secara pandemi. Belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Kesehatan.
"Masih belum, masih ikuti protokol, belum ada petunjuk, otomatis karena belum ada petunjuk dari kementerian kesehatan, kita masih ikuti Protokol. Kan pelayanan ada standar penanganannya, tidak bisa kita mengubah duluan, tapi kalau untuk tindakan di hulu, kebijakan di luar. Tindakan kebijakan masih bisa diubah, kalau standar penanganan yang sudah masuk RS tidak boleh kita ubah,"pungkasnya. (ikbal/fajar)