Persepsi yang terbangun bahwa opini publik yang digambarkan oleh sebuah hasil survey adalah sebuah hal yang valid, kemudian tidak menemukan relevansinya ketika disandingkan dengan fakta bahwa opini publik dalam demokrasi, sesungguhnya tidak lain dan tidak bukan, adalah potret kehendak kelas atau kelompok tertentu saja. Alih-alih ingin menunjukkan kepada publik bahwa itulah kehendak publik tentang sesuatu, survey tersebut juga justru membuka peluang bagi publik untuk menyelidiki dan mencari tahu kebenarannya. Semakin besar derajat amplifikasi atas sesuatu, akan semakin besar juga kecurigaan bahwa sesuatu itu telah dimanipulasi, karena sesungguhnya ia hanyalah sebuah ilusi. Waallahu a'lam bishawab.(*)