FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada perekonomian di Indonesia cukup besar. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan peningkatan tenaga kerja masih tergolong tinggi.
Hal tersebut menjadi peluang sekaligus tantangan seluruh pihak untuk meningkatkan produktifitas UMKM agar mampu mendorong pemulihan perekonomian negeri. Kepala Dinas Perindustrian Susel Ahmadi Akil menjelaskan perbedaan UMKM dan IKM (Industri Kecil Menengah) yang sama sama terdampak Covid-19. Dia menyampaikan kontribusi sektor industri pada PDRB Sulsel tahun 2019 berada di angka 13,7%. Namun setelah Covid-19 mengalami penurunan.
"Sementara industri besar tetap bertahan. Itu karena kebijakan nasional yang menginginkan industri besar tidak harus melihat adanya Covid-19. Industri besar dituntut harus tetap eksis melaksanakan ekspor besar," kata Ahmadi dalam Business Talk di Gedung Centra UMKM pelataran parkir Bank Sulselbar, Rabu (14/09/2021).
Menurutnya, yang paling terdampak adalah industri kecil dan menengah yang pada tahun 2020 mengalami penurunan 12%. Adapun indusrti pengolahan yang paling terdampak, yakni pangan, fashion, kerajinan, dan logam.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restosan Indonesia (PHRI) Sulsel, Anggiat Sinaga menegaskan bisnis perhotelan di Sulsel masih terus bergerak meski agak berat. Tidak seperti di Jawa Barat yang sudah mengibarkan bendera putih. Menurutnya, kebijakan pemerintah daerah di Sulsel berbeda dari Jawa. Dimana, mindset pemerintah Sulsel masih lebih fleksibel."Kalau di Jawa kan, PPKM Level 4 sangat sadis. Kita tidak bisa bergerak sama sekali," sebut Anggiat.