Bila petani sering disebut-sebut sebagai profesi yang unskill, pendidikan rendah, dan tidak punya jaringan, maka berbeda dengan profil petani Syahar ini. Dia berhasil mengubah frame masyarakat kebanyakan. Lihat saja, sederet gelar akademik dan jaringan organisasi yang disandangnya. Bergelar master dari kampus Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar. Pengalaman organisasinya malang-melintang dari organisasi kepemudaan hingga asosiasi pengusaha HIPMI, dan APINDO.
Profil petani Syahar bisa menjadi prototype bagi anak-anak muda untuk tetap mengejar mimpi pendidikan tinggi, namun tidak melupakan dari mana dia berasal. Karena Sulsel dari dulu selalu menjadi lumbung pangan di kawasan Indonesia Timur. Dari itu, pekerjaan sebagai petani harus terus dijaga oleh generasi selanjutnya. Apapun komoditasnya. Meski sudah banyak beragam profesi dan keterampilan dewasa ini, namun, menggarap sawah, kebun jangan sampai dilupakan.
Bukan hanya itu, Syahar berhasil membangun kultur baru dalam politik bukan hanya di tanah Sulsel, melainkan juga di seluruh Indonesia, yang kita kenal negara agraris. Sejak awal, memang dia berasal dari petani dan tumbuh besar di lingkungan keluarga serta masyarakat petani. Pun halnya setelah dia menjadi salah satu elit politik di Sulsel, dia tetap tidak melupakan identitasnya sebagai seorang petani.
Inilah Sahar. Dia tetap menjaga nilai-nilai sebagai seorang petani. Petani kita kenal sebagai seorang yang dengan profesi yang melekat erat dengan kearifan alam, menjaga sikap dengan kerendahatian, kesederhanaan, kerjakeras, gigih, dan ulet. Inilah nilai-nilai universal dari seorang petani. Syahar yang saya kenal tetap konsisten menjaga nilai-nilai itu.