Porang dan Syahar

  • Bagikan

Tak berlebihan bila Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengganjarnya dengan penghargaan Lencana Adhi Bhakti Tani Nelayan Utama, sebagai penghargaan tertinggi atas pengabdian, kesetiaan dalam mendampingi, memotivasi semangat dan tanggung jawab serta kemandirian petani dan nelayan dalam meningkatkan pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan serta sistem dan usaha agribisnis, sehingga dapat dijadikan teladan bagi setiap warga negara Indonesia

Syahar justru tidak lupa dengan penghargaan itu, Dan meski sudah duduk sebagai salah satu pimpinan tertinggi di DPRD Sulsel. Demikian juga tidak membuatnya jemawa dengan kedudukanya sebagai orang kedua penentu di percaturan politik NasDem Sulsel. Kebiasaannya yang dekat dan hangat dengan para wartawan dan aktivitasnya yang rutin menyerap aspirasi menjadi kebiasaan yang selalu terjaga.

Kedudukan petani Syahar sebagai pimpinan di DPRD dan di Partai dengan suara terbanyak kedua di Sulsel, jelas akan menjadi prospek bagi bargaining para petani yang kuat di Sulsel. Hingga dapat melahirkan kebijakan dan anggaran pertanian yang lebih pro kepada petani. Ini juga menjadi PR Syahar sejauhmana dia mengawal itu.

Politik Petani, Petani Politik

Petani porang atau apapun komoditasnya, sesungguhnya profesi petani dari zaman dulu selalu lekat dengan politik. Bahkan para pemimpin negeri ini seringkali kita saksikan saat musim panen tiba berfoto atau berdialog dengan petani.

Dari sejarah kita mengenal Bung Karno menemukan ideologi Marhaen dari dialognya bersama petani pada tahun 1920an. Soeharto bahkan punya program khusus dialog dengan para petani, yakni kelompencapir. Program TV yang disiarkan oleh TVRI ini, menjadi acara paling ditunggu-tunggu oleh jutaan masyarakat Indonesia. Pun halnya dengan presiden-presiden reformasi, kerap membagikan moment foto bersama dengan petani di sawah saat panen raya.

  • Bagikan