FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Tidak responsifnya DPP membuat Hanura Sulsel amruk. Ditinggal hampir seluruh pengurusnya.
Pengamat Politik, Adi Suryadi Culla menilai hal Hanura Sulsel disebabkan DPP yang terlalu sentralistik. Pengurus provinsi sama sekali tidak diberi kewenangan untuk membuat kebijakan strategis.
Jadi, kata Adi, wajar jika kepengurusan Ilhamsyah-Affandy merasa kecewa dengan DPP yang tidak responsif.
Padahal, partai sekelas Hanura yang belum mapan dari segi finansial tentu telah membuat pucuk pimpinan banyak berkorban.
"Ketumnya-kan OSO memang yang kelihatan tidak terlalu serius mengurus partai. Untuk membesarkan partai butuh kekompakan antar DPD dan DPP. Jadi kalau tidak solid atau DPP tidak perhatian, vakum dalam menjalin komunikasi, maka daerah akan mengalami dilematis," katanya.
Dengan kondisi itu, lanjutnya, DPD pasti merasa kehilangan induknya. Sementara jika ada kesalahan dalam proses kepengurusan DPD sendiri menjadi sasaran amuk DPP.
"Ini dampak parpol terlalu sentralistik, DPD tidak bisa berbuat apa-apa. Kondisi ini saya kira yang dialami Hanura Sulsel. Bisa saja bukan hanya Sulsel tetapi daerah lain juga," katanya.
Dampak lain dari parpol yang sentralistik membuat konsolidasi internal tidak berjalan hingga kaderisasi mandek. Seperti yang terjadi di Hanura Sulsel, belasan DPC telah berakhir kepengurusannya tak kunjung mendapat respons DPP untuk dibuatkan SK baru atau penggantian.
"Kenapa kesulitan mencari figur internal pengganti Ilhamsyah? Yah, karena kaderisasi selama ini tidak jalan, parpol hampir tidak merekrut tokoh-tokoh potensial untuk bergabung," jelas akademisi Unhas ini.