Dua Bupati dan Akademisi Unismuh Jadi Narasumber Madrasah Politik Pemuda Muhammadiyah

  • Bagikan

“Kami tidak pernah membangun brand peduli kemanusiaan seperti itu, tapi kami memang menjadikan Gerakan Taawun sebagai bagian tak terpisahkan dari denyut nafas pendidikan tinggi. ‘Empowering minds into humanity, itulah yang menjadi etos Pendidikan yang kami bangun,” pungkasnya.

Erwin juga menceritakan, selama menjadi Dekan FKIP, ia hanya fokus menggerakkan civitas akademika untuk memberikan kinerja terbaik.

“Kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas, tanpa kami sadari, ternyata 5 tahun memimpin FKIP, ada 5 prodi yang berhasil meraih akreditasi A. Jadi Branding perlu ditopang dengan karya nyata,” jelasnya.

Branding, lanjut Erwin, akan berbanding lurus dengan kapasitas dan kinerja. Oleh karena itu, visi besar, menjadi starting poin untuk membangun karya besar. Visi perlu dilanjutkan dengan komitmen untuk terus bergerak dan berkarya.

“Dalam proses berkarya itu diperlukan autentisitas dan perbedaan dari apa yang dilakukan orang. Kalau dilakukan secara konsisten, akan melahirkan branding yang kuat,” terangnya.

Namun ia juga mengingatkan, bahwa personal branding juga perlu ditopang dengan kepribadian dan nilai. Branding yang dibangun dengan susah payah, akan sirna, jika mengabaikan nilai integritas.

Erwin juga siap berkolaborasi dalam memperkuat branding organisasi maupun individu kader Pemuda Muhammadiyah. (selfi/fajar)

  • Bagikan