FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Sejumlah siswa SMP yang telah mengikuti simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) selama kurang lebih sebulan mendapat pemeriksaan GeNose pada Senin, (1/11/2021) tadi.
Hasil dari pemeriksaan itu sempat membingungkan. Pasalnya, hasilnya berubah-berubah.
Ahli Epidemiologi Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Ridwan Amiruddin menyoroti pemakaian geNose tersebut.
Dia mengatakan, penggunaan alat tes yang tidak direkomendasikan sebaiknya dihentikan.
Akademisi Unhas ini menyarankan pemerintah kota tetap memakai antigen dalam pemeriksaan.
"Penggunaan alat tes yang tidak direkomenasikan sebaiknya dihentikan, karena itu tidak memperrbaiki kinerja layanan kesehatan, sebaiknya memakai yang test antigen saja, nanti kalau ada yang reaktif baru dilanjutkan ke PCR sebagai gold standar," katanya, kepada Fajar.co.id.
Lebih jauh kata dia, GeNose sebagai screening test boleh saja, sebagai upaya awal mendeteksi kasus di populasi sehat.
"Hanya itu berarti pengukurannya/screening-nya dua kali jadi tentu costnya lebih mahal," ujarnya.
Kendati demikian, ia menyebut, dalam penggunaan GeNose oleh Pemkot tentunya dengan beberapa pertimbangan.
"Hanya testing dengan geNose tidak dihitung serbagai hasil testing dalam pengendalian pandemi ini," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Makassar, Fatmawati Rusdi, mengatakan, karena gelombang pertama PTM sudah berjalan sebulan, maka siswa perlu dicek status kesehatannya.
Dia menyebutkan, pemkot Makassar saat ini telah memiliki sebanyak 157 alat GeNose.