Dalam menjalani kehidupan, menurut Ambo Asse, umat Islam dapat hidup berdampingan dengan warga masyarakat sekalipun berbeda keyakinan dan budaya dalam mewujudkan negara dan bangsa yang damai, adil, dan makmur sejahtera dalam lindungan Allah swt.
Menurut Ambo Asse, petunjuk menegakkan sikap wasathiyyah, salah satunya tertera dalam Surat Al Qasas ayat 77.
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
“Ajaran Islam sudah sangat jelas. Tidak ada ajaran bom gereja atau bom bunuh diri,”
Dalam kaitannya dengan tradisi, Ambo Asse menegaskan Islam tidak anti kebudayaan. Namun ia menekankan beberapa rambu-rambu dalam menjalankan tradisi, seperti bebas dari kemusyrikan, tradisi yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt, memberi semangat agar terbentuk karakter akhlak mulia.
“Tradisi yang tidak mendatangkan bahaya dan kerugian terhadap seseorang, baik individu maupun bagi masyarakat. Serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar Islam yang sudah bersifat universal, seperti kebenaran, kedamaian, persamaan hak, keadilan, persaudaraan, dan persatuan,” jelas Ambo Asse, yang juga merupakan Guru Besar UIN Alauddin.
Kementerian Agama, kata Prof Adlin Sila, menggunakan istilah ‘Penguatan Moderasi Beragama’, karena moderasi beragama sejatinya merupakan karakter yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.