"Saya kira memang masih sangat dibutuhkan sektor properti. Karena ditahun kemarin realisasinya cukup bagus, dan kami optimis tahun ini bisa lebih baik lagi dengan adanya perpanjangan PPN DPT ini," ujar Arief.
Meski demikian, kata dia, REI sebenarnya berharap agar perpanjangan tersebut diberlakukan hingga akhir tahun 2022. Hal itu dikarenakan proses membangun rumah yang membutuhkan waktu lebih dari 6 bulan.
"Sebenarnya kami berharap diperpanjang sampai akhir tahun 2022. Jadi problem adalah proses pembangunan unit untuk penyelesaian. Makanya kami berharap sampai akhir tahun," ujarnya.
Di sisi lain, Arif juga menyesalkan pemberian insentif tahun ini hanya 50 persen atas penyerahan rumah tapak dan rumah susun dengan harga jual maksimal Rp2 miliar, sedangkan untuk rumah Rp2 miliar hingga Rp5 miliar hanya 25 persen.
"Seharusnya kan ini bosa tetap 100 persen dan 50 persen. Saya yakin sektor properti tahun ini semakin positif. Tapi, kami tetap syukuri ini," tandasnya.
Arief menggambarkan, tren penjualan rumah khususnya di sektor komersil yang mendapat PPN DPT 100 persen tahun lalu, menunjukkan peningkatan yang lebih baik.
"Kalau 2021 ada peningkatan. Jauh lebih baik dibandikan 2020. Dan PPN DPT itu sangat membantu penjualan kemarin. Kita harap sektor properti bisa pulih lebih cepat," ujarnya.
Ia menyebut, secara nasional capaian penjualan rumah REI baik komersil maupun subsidi telah mencapai target sebanyak 250 ribu unit.
"Untuk sektor subsidi realisasi capai target 200 ribu. Sementara menebgah ke atas atau komersial juga begitu, capai target lebih dari 50 ribu unit," tukasnya.