Politisi Sulsel Miskin Narasi

  • Bagikan

Politik Masa Depan

Kekuatan politik di masa depan adalah terletak pada kekuatan narasi. Siapa yang menguasai narasi, dia yang akan menguasai masyarakat. Narasi dalam hal ini juga terkait dengan kekuatan informasi. Artinya politisi yang tertinggal informasi, akan sulit menyesuaikan dengan perubahan.

Para politisi Sulsel untuk dapat diperhitungkan di level regional antar pulau maupun di tingkat nasional, haruslah berpijak pada pertarungan kekuatan narasi dan gagasan itu. Media sosial memungkinkan sebaran narasi itu sangat mudah dan cepat.

Levelnya harus dinaikan dari praktik politik yang terjadi sekarang. Bila selama ini para politisi lebih banyak sibuk dengan agenda-agenda jangka pendek, seperti pertarungan jabatan atau ketua partai, dll., maka perlu didorong untuk lebih berani merespon persoalan-persoalan yang bersifat jangka panjang dan berskala nasional.

Di tengah pelaksanaan 3 fungsi utama legislatif, anggota legistaltif juga harus mampu menyuarakan persoalan atau isu seperti menguatnya politik identitas dan politik primordial di Sulsel, ancaman demokrasi lokal Sulsel dari para pembajak, tantangan nasionalisme di tengah revolusi 4.0, bahaya ideologi transnasionalisme, ancaman bonus demografi, masa depan ekonomi di tengah pandemi, dll.

Tenaga ahli DPRD, Fraksi, dan anggota DPRD, atau para pengamat, akademisi yang menjadi pabrik opini, seperti forum dosen Makassar, khususnya para tenaga ahli partai, memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan wawasan para politisi ini. Seperti aktif memberikan input, berdiskusi, dan memberikan peningkatan wawasan. Mendorong aktif menulis di media dan mendokumentasi pemikirannya dalam sebuah buku, agar dapat dibaca luas oleh publik. Mayoritas politisi di Sulsel hari ini sepadan apa yang diungkapkan oleh seorang novelis Irlandia, penerima Nobel Kesusasteraan (1925) George Bernard Shaw, “He knows nothing; and he thinks he knows everything. That points clearly to a political career” (Dia tidak tahu apapun, tetapi dia pikir mengetahui segalanya. Itulah cara kerja para politisi). Tabe.

  • Bagikan